Asal usul Capeung Dayah merupakan nama sebuah gampong yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, yang berada digampong yang mempunyai wilayah tertentu,dipimpin oleh keuchik serta berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Gampong Capeung Dayah merupakan salah satu gampong dari 47 gampong yang ada di Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Disebelah selatan gampong Capeung sekarang ada sebuah tempat yang bernama Seunong Ura yang diapit oleh dua buah bukit yang letaknya terpahang(teupheung) yang diatasnya ada sumber mata air. Air yang mengalir dari bukit teupheung tersebut dapat dialiri beberapa petak sawah yang berada dibawah bukit tersebut, sedangkan diatas kedua bukit teupheung juga terdapat tanah persawahan yang luas. Pada zaman dahulu disekitar cot teupheung terbentuklah sebuah desa dan didesa tersebut banyak terdapat batang thai(tei) sehingga desebut juga ujung bak tei atau cot teupheung ujong bak tei, kemudian nama tersebut berubah sebutannya menjadi pheung ujong bakteu.setelah puluhan tahun lamanya pheung ujong baktei berubah nama lagi menjadi Capeung Ujong Bak Tei. Pada awal penjajahan belanda desa Capeung Ujong Bak Tei deserang wabah penyakit Taut(Taet) yang terkenal dengan sebutan Tauet Ija Broek, banyak warga yang meninggal dunia termasuk diantaranya 17 gadis karena disebabkan belum ada obat untk penyakit tersebut.masyakat yang selamat dari penyakit tersebut mereka pindah kedesa lain, diantaranya desa Data Gaseu dan desa Cot Lam Gle(lam pakuk). Meunasah Capeung Dayah pada zaman dahulu merupakan dayah tempat pengajian yang dipimpin oleh Abu Lam Kling. Setalah penyakit Taeut hilang banyak masyarakat yang dulu pergi dari gampong Capeung Bak Tei dan kembali untuk tinggal disekitar dayah yang merupakan tempat pengajian dan juga untuk mempernudah berkumpulnya warga untuk berdo’a tolak bala, dengan demikian semakin banyak warga yang pulang dan tinggal disekitar Dayah maka terbentuklah sebuah desa yang diberi nama desa capeung dayah. Setahun berlalu pada masa penjajahan belanda dan jumlah penduduk makin bertambah maka desa Capeung Dayah dibagi menjadi dua desa yait 1. Ujung Dayah yang diberi nama dengan Capeung Dayah 2. Ujung baroh yang diberi nama dengan Capeung Baroh Pemerintahan desa pada saat itu dibawah kendali belanda, Desa Capeung Dayah dan Desa Capeung Baroh hanya boleh mengangkat seorang Waki Raja yaitu waki Husen yang sebutannya Cik waki. Setelah penjajahan belanda dan indonesia sudah merdeka barulah setiap desa bisa mengangkat setiap keuchik termasuk Capeung Dayah.